Monday, October 30, 2023

Dua Delapan

 Dua Delapan di Tiga Puluh


Ini kali kedua ulang tahun sudah punya istri, dua kali juga berarti dibangunin tengah malem secara langsung untuk sekedar niup lilin yang udah disiapin olehnya. Bahagia banget rasanya, engga kebayang gimana dia nyiapin semua ini. Dengan mobilitas yang seadanya, tapi bisa nyiapin hal-hal yang engga terduga. Dua Delapan di Tiga Puluh, semoga hari ini menjadi pengingat kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang sudah bisa kita raih, menjadi penyemangat untuk terus bisa menggapai apa yang sudah ditargetkan. Semoga juga kebahagiaan ini selalu hadir disetiap waktu kita butuhkan. Happy Birthday Suaminya Arina Faizah Rahman...

Tuesday, February 21, 2023

Tunjangan Fungsional Seorang Ketua Kelas


Alangkah bahagianya tanggal 1 di tiap bulannya, seorang yang ditugaskan menjadi Seorang Ketua Kelas mendapat benefit finansial berupa tunjangan fungsional. Besaran tunjangan fungsional tersebut pun diatur berdasarkan: jumlah anggota dari kelasnya; prestasi kerja selama menjadi ketua kelas; masa kerja menjadi ketua kelas; dan beberapa pertimbangan tidak tertulis Lainnya. 

Relasi lagi-lagi menjadi hambatan, ketika diketahui yang terpilih ternyata adalah kemenakan dari kepala sekolah di sekolah tersebut.

Aura demokrasi pun dimulai pada awal semester, semua siswa berlomba menyampaikan visi dan misi yang akan mereka usung ketika kelak menjabat sebagai Ketua Kelas. Mendekati Wali Kelas mereka guna mendapat Simpati bahkan Empati, alih-alih akan dikandidatkan sebagai Ketua Kelas baru di semester itu. Bahkan tidak jarang, dalam sebuah kelas terbentuk beberapa golongan upaya memperkuat suara dalam pemilihan seorang ketua kelas. Golongan-golongan atau jika dipermudah kita sebut sebuah Kelompok itu pun bukan tidak mungkin menitipkan program kerja kepada Calon yang diusung. Kepentingan-kepentingan sebuah Kelompok tersebut yang kemudian menjadikan kehidupan demokrasi pada sebuah kelas menjadi lebih berwarna. 

Terjadi sebuah kisah, seorang siswa yang amat berprestasi dalam bidang akademik. Mewakili sekolah pada banyak perlombaan sains dan exact. Membawa harum nama sekolah dengan menorehkan banyak medali ketika kembali. Namun karena kedekatan terhadap wali kelasnya kurang mumpuni, dia tidak ujung dikukuhkan menjadi seorang ketua kelas. Sebuah Kelompok minoritas menyampaikan bahwa, ada sebuah keyakinan jika siswa tersebut menjadi ketua kelas maka kelas yang ia pimpin akan Maju, Makmur nan sejahtera. Relasi lagi-lagi menjadi hambatan, ketika diketahui yang terpilih ternyata adalah kemenakan dari kepala di sekolah tersebut.

Prestasi hanyalah secuil debu tanpa relasi, kesimpulan itu banyak kita temui ketika melihat potret-potret kejadian nyata adanya dalam dunia birokrasi. Tak kenal maka tak sayang, tak kenal marilah kita buang. Catatan-catatan yang kerap muncul mendapingi keputusan terpilihnya yang dikenal sebagai berikut: lebih mudah untuk berkoordinasi; lebih mudah untuk diatur; punya jasa tak terhingga; ada perjanjian terselubung; prestasi; tidak dipungkiri mungkin juga ada ancaman.


Tuesday, June 08, 2021

Tiba Masa Tiba Akal

Budaya kerja dadakan sunggguh membuat gue sangat kesal, alih-alih doktrin abdi negara harus siap kapanpun ditugaskan dan harus mampu menyelesaikan tugas. Padahal, yang kerap terjadi di lapangan list-list pekerjaan itu sudah ada sejak lama, namun karena panjangnya birokrasi membuat perintah itu turun ketika sudah mendekati deadline. Hasilnya, pekerjaan tidak maksimal selesai. Maka sangat sering kita melihat di lapangan hasil-hasil proyek dayang sumbi yang dilihat saja pun rasanya iba.

Man! Belanda datang ke indonesia bukan semata keisengan belaka. Riset kenapa harus Indonesia mungkin sudah dilakukan hingga puluhan tahun. Tidak serta merta (tokoh belanda) yang sedang asik nongkrong di warung kopi tertiba nyeletuk ke teman tongkrongan "kayaknya indonesia oke cuy" seketika setongkrongan setuju besoknya langsung cabut ke indonesia dan berhasil menjajah 350 tahun lamanya. 

Begitupula dengan Jepang, dalam pelancaran aksi bombardir "pearl harbour" mungkin sudah dipikirkan matang walaupun pada akhirnya terkena serang balik yang mengakibatkan hirosima juga nagasaki hancur lebur.

Indonesia seakan terlalu terinspirasi oleh kisah rakyat yang sudah terlalu menjamur. Alih-alih sangat bersemangatnya Sangkuriang ingin menikahi dayang sumbi, hingga akhirnya menerima tantangan untuk membuah perahu yang sangat besar dalam waktu semalam. 

Kisah heroik itu semakin membuat Indonesia yakin bahwa Sangkuriang aja bisa kok buat proyek besar itu selesai dalam satu malam. Apalagi cuma tugas-tugas kecil, yok kamu bisa yok!

Diluar konteks itu semua, gue jadi penasaran. Apakah Sangkuriang pada saat itu juga menyemangati dirinya dengan berteriak "yoo bisa yoook" hahaha.

Salam Dadakan!

Monday, June 07, 2021

Konsep Cinta

Konsep cinta yang sangat gue setuju dicetuskan oleh dochi, yang kira-kira seperti ini.
"Cinta merupakan kasih, memberi. jadi jangan berharap menerima".

Dalam perjalanannya, cinta pasti diselimuti oleh pengorbanan. Maka, sangatlah bijak jika kamu tidak membeberkan berdarah-nya elo dalam perjuangan itu.

Cinta kadang tidak perlu diutarakan, karena gue sempet percaya. Bukan cinta jika diutarakan.

Cinta berbeda dengan sayang, kalau sayang masih ada tawar-menawar di dalamnya. Aduh pengen beli sepatu, tapi sayang ah yg lama juga masih bisa dipake. Sayang, terdapat transaksi di dalamnya. Jika cinta? Ikhlas dalam memberi, tanpa berharap kembali.

Kemudian dalam pernikahan apakah cinta dibutuhkan? Jelas iya, namun ada suatu hal yang jauh diatas cinta dalam mempertahankan kehidupan setelah menikah. "Nyaman".

Cinta bisa naik turun, berfluktuasi. Kerap juga dipengaruhi oleh endorfin, dopamine, mungkin juga kafein di dalam tubuh. Sementara rasa nyaman bisa dipertahankan dengan perlakuan-perlakuan elo terhadap pasangan.

Selalu membuat nyaman pasangan elo, akan menjamin cinta itu terjaga di dalamnya.
Kalau cinta adalah Visi, maka Nyaman adalah Misi.

Anggap saja konsep cinta yang kita bicarakan ini sudah sama. Give and not hope to get it back.

Fase tersulit dalam mencinta adalah harus merelakan ia pergi. Bersama orang lain atau yang terpahit pergi seutuhnya dari bumi ini. Melihat ia bahagia disana merupakan hakikat kebahagiaan dari mencinta. 
Sedih pasti, berlarut? Kurang tau deh, sebab kemampuan bertahan tiap orang atas serangan-serangan hal tak terduga itu berbeda. 
Tapi, ketika sudah betul memahami konsep cinta dalam berita acara ini harusnya kita sudah siap atas segala kemungkinan yang terjadi, bahkan yang terburuk.

Paras, Lekuk badan akan termakan seiring jalannya waktu. Hidung mancung, pipi kencang, dagu tegas akan mengendur. Lekuk badan bak gitar spanyol pun akan mengembang layaknya bas betot nan bulat.
Bukan karena ini, jika cinta didasari ini jangka kadaluarsanya tidak butuh waktu yang lama.

Memiliki kesukaan yang sama, musik, buku, makanan. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang cepat bosan, satu-dua hal yang sama dimiliki mungkin hanya kebetulan. Lagipula ilmu cocokologi memang sangat kontras, apalagi di masa pendekatan. Seakan semua cocok aja gitu.

Paras Wajah, lekuk badan, memiliki kesukaan yang sama tidak lagi menjadi trigger dalam mencari pasangan buat gue, sudah basi hal-hal itu. Isi  kepala yang ternyata jauh luar biasa dari hal-hal sebelumnya membuat gue orgasme lebih sangar, lebih lama dan liar.

Jika suatu saat nanti dipertemukan dengan sosok dengan isi kepala yang luar biasa nan seksi, tentu dan pasti gue akan menjaganya. Lalu bagaimana dengan konsep cinta yang sudah gue tulis panjang kali lebar dalam berita acara ini? yaa tentu akan juga gue terapkan. Jika ternyata kembali lagi bukan dia orangnya, anggap saja ada orang lain yang berjuang, berdoa, dan memiliki aliran cinta lebih deras dari yang gue punya.

Saturday, June 05, 2021

Berita Kehilangan

Tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan salah satu band folk indie yang agaknya pernah mengaku yang paling metal.
Sama sekali tidak. 

Setiap mendengar berita duka, dalam pikiran gue hanya satu. Apakah gue akan mengalami rasanya kehilangan? atau malah gue yang menghilang lebih dahulu.

Sejauh itu, selama mendengar berita kehilangan. Yang gue lakukan selalu memberi semangat "yang sabar, didoain selalu, bo/nyok elu udah tenang di surga"
gue yang berlaga seperti si paling empati nampaknya salah besar.

Hal itu gue sadari ketika gue sendiri yang akhirnya mengalaminya.
Akhir tahun 2018, kolom pesan whatsapp maupun medsos lainya penuh dengan ucapan-ucapan diatas. 
Ada beberapa yang berbeda, setelah gue identifikasi. Pesan-pesan yang bentuknya berbeda berasal dari orang yang sudah kehilangan lebih dahulu.

Sabar ya dik..
iya gue tau gue harus sabar, karena cuma itu yang gue punya..
Nyokap elu udh ada di surga dik..
Makasih, tapi faklah. Tanpa elu kasih tau gue udah tau..

Jaga kesehatan dik, tidur dicukupin, sholat. doain mamahnya.
Makasih lho, walaupun gue tau gue pasti doain mamah, tapi rasa empati yang sebenar nya gue rasain di pesan ini.

Entah gue yang terlalu perasa atau bagaimana, itu yang gue rasakan. Sangat aneh aja kalo disuruh sabar.. Kalo disuruh jangan berlarut... Kalo disuruh Jangan Sedih..

Siapa yang tidak akan sedih, kemudian berlarut dan siapa yang tidak bisa menggunakan sabarnya ketika kehilangan orang yang dicinta, sangat dicinta.
Seorang yang menemani gue dari masih seukuran botol air mineral kemasan.
Hingga berkumis dan bisa membuat lawan jenis jatuh hati.

Even presiden pun nangis kok pas Ibu-nya meninggal. Orang nomor 1 di Negeri ini.

Dari situ, setiap mendengar berita kehilangan. Bukan pelit atau bagaimana. Gue memilih lebih baik diam, bahkan memutuskan untuk tidak dulu menghubungi dalam waktu dekat.
Bagus-bagus kalau jaraknya bisa gue tempuh, lebih baik gue datang dan ajak ngobrol. Mungkin saja bisa sedikit membawa perasaan tenang dan menghibur.

Guepun menghindari untuk bertanya 5W+1H mengenai kematian orang tersayang yang bersangkutan. Tunggu saja sampai dia yang bercerita, itupun biasanya gue tahan. Atau gue alihkan kepembicaraan lainnya.

Kepada siapapun yang pernah mengalami kehilangan dan membaca tulisan ini. Elu ga sendiri, dan sangat banget percaya kok kalp orang tersayang kita ini sudah di surga dan bangga dengan apa yang bisa kita capai setelah kepergiannya.

Kepada Kamu yang Akan Menemaniku di Masa Nanti...

Hai Kamu, aku tidak tahu apakah kita sudah bertemu atau belum?
Sudah ataupun belum, semoga itu tidak terlalu berarti.

Karena menurutku, saat ini aku pun masih dalam proses membentuk diri.
Aku percaya kamu sabar hingga saatnya tiba kita dipertemukan.
Jikapun kamu sekarang sedang bersama yg lain, akupun berharap besar itu juga bagian dari proses pembentukan dirimu.

Pesanku, jangan sakiti dia. Biar saja kamu yang disakiti olehnya, karena supaya tidak ada perasaan dendam darinya. 
Juga supaya ada alasan aku hadir untuk menyembuhkan lukamu yang dibuatnya.

Aku akui sangat bercanda diriku ini, dalam kondisi serius seberusaha keras aku untuk bisa serius. Jangan khawatir aku tidak akan menghadapi hal serius dengan tertawa. 
Aku percaya kamu, maka beri kesempatan untuk aku bisa kamu percaya.

Aku yang terlalu main-main, jangan khawatir ketika kita nanti menghadapi hal penting aku malah perankan permainan petak umpet. Aku percaya kamu, izinkan aku ada untuk dipercaya.

Dhiekss, June 2021

Titik Berangkat

Semua org berangkat dari koordinat yang sangat unik, sangat mustahil berbeda orang berangkat darj titik yang sama.
Maka percuma jika mencoba untuk terus membandingkan pencapaian tiap-tiap orang, apalagi sudah tau berangkat dari titik terendah malah leyeh-leyeh di perjalanan.
Hidupmu sungguh merugi.

Hal yang sangat adil untuk dibandingkan adalah diri kita sendiri, bagaimana diri kita sebelum dan di saat sekarang.
Tentu akan ada kurva yang terlihat, pun bergantung bagaimana proses yang kita juga perjuangkan.

Gue sendiri bersyukur, walaupun berangkat dari titik yang lumayan mendekati permukaan.
Namun banyak pelajaran karena di tengah jalan sempat dibanting sangat keras hingga membentur dasar.
Mungkin ada hal-hal yang ingin sekali gue buktikan ke khalayak kalo gue bisa. dan yak gue bisa.
Padahal Isyana Sarasvati pernah bilang dalam lagunya yg berjudul "keep being you"
i dont need you to prove, just keep beeing in you.
hehe komedi.

Satu hal yang sangat ingin gue sampaikan.
Saat di perguruan tinggi, gue mungkin menjadi salah satu tolak ukur kegagalan mahasiswa. Dalam hal apapun.
Sampai saatnya gue buktikan bisa berdiri tegak di titik ini.
As simple as, i let people see me in just one eye until they are really underestimated me. Nah kalo udh di fase itu gue bilang dengan lantang "this is my show time".

Tolak ukur kegagalan bukan tidak sengaja gue buat dalam persona gue sebagai mahasiswa dahulu.
Gue yang sudah terlalu muak dengan atmosfir perkuliahan dikala itu, bagaimana tidak muak?!. Sikut-sikutan kerap terjadi disana, sangat tidak sehat.
Semua seakan berlomba menjilat para-dosen untuk mendapat nilai terbaik.
Nilai itu hanya sebuah angka, bukan berarti akan membantu elo dimasa yg akan datang.
It was just score, it can't lift up ur life unleash urself fight for it.

Silahkan untuk tidak setuju, karena ini hanya sebuah uraian keresahan dari seorang yang sedang sangat mengantuk.

Sekian, chilll!