Budaya kerja dadakan sunggguh membuat gue sangat kesal, alih-alih doktrin abdi negara harus siap kapanpun ditugaskan dan harus mampu menyelesaikan tugas. Padahal, yang kerap terjadi di lapangan list-list pekerjaan itu sudah ada sejak lama, namun karena panjangnya birokrasi membuat perintah itu turun ketika sudah mendekati deadline. Hasilnya, pekerjaan tidak maksimal selesai. Maka sangat sering kita melihat di lapangan hasil-hasil proyek dayang sumbi yang dilihat saja pun rasanya iba.
Man! Belanda datang ke indonesia bukan semata keisengan belaka. Riset kenapa harus Indonesia mungkin sudah dilakukan hingga puluhan tahun. Tidak serta merta (tokoh belanda) yang sedang asik nongkrong di warung kopi tertiba nyeletuk ke teman tongkrongan "kayaknya indonesia oke cuy" seketika setongkrongan setuju besoknya langsung cabut ke indonesia dan berhasil menjajah 350 tahun lamanya.
Begitupula dengan Jepang, dalam pelancaran aksi bombardir "pearl harbour" mungkin sudah dipikirkan matang walaupun pada akhirnya terkena serang balik yang mengakibatkan hirosima juga nagasaki hancur lebur.
Indonesia seakan terlalu terinspirasi oleh kisah rakyat yang sudah terlalu menjamur. Alih-alih sangat bersemangatnya Sangkuriang ingin menikahi dayang sumbi, hingga akhirnya menerima tantangan untuk membuah perahu yang sangat besar dalam waktu semalam.
Kisah heroik itu semakin membuat Indonesia yakin bahwa Sangkuriang aja bisa kok buat proyek besar itu selesai dalam satu malam. Apalagi cuma tugas-tugas kecil, yok kamu bisa yok!
Diluar konteks itu semua, gue jadi penasaran. Apakah Sangkuriang pada saat itu juga menyemangati dirinya dengan berteriak "yoo bisa yoook" hahaha.
Salam Dadakan!