Tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan salah satu band folk indie yang agaknya pernah mengaku yang paling metal.
Sama sekali tidak.
Setiap mendengar berita duka, dalam pikiran gue hanya satu. Apakah gue akan mengalami rasanya kehilangan? atau malah gue yang menghilang lebih dahulu.
Sejauh itu, selama mendengar berita kehilangan. Yang gue lakukan selalu memberi semangat "yang sabar, didoain selalu, bo/nyok elu udah tenang di surga"
gue yang berlaga seperti si paling empati nampaknya salah besar.
Hal itu gue sadari ketika gue sendiri yang akhirnya mengalaminya.
Akhir tahun 2018, kolom pesan whatsapp maupun medsos lainya penuh dengan ucapan-ucapan diatas.
Ada beberapa yang berbeda, setelah gue identifikasi. Pesan-pesan yang bentuknya berbeda berasal dari orang yang sudah kehilangan lebih dahulu.
Sabar ya dik..
iya gue tau gue harus sabar, karena cuma itu yang gue punya..
Nyokap elu udh ada di surga dik..
Makasih, tapi faklah. Tanpa elu kasih tau gue udah tau..
Jaga kesehatan dik, tidur dicukupin, sholat. doain mamahnya.
Makasih lho, walaupun gue tau gue pasti doain mamah, tapi rasa empati yang sebenar nya gue rasain di pesan ini.
Entah gue yang terlalu perasa atau bagaimana, itu yang gue rasakan. Sangat aneh aja kalo disuruh sabar.. Kalo disuruh jangan berlarut... Kalo disuruh Jangan Sedih..
Siapa yang tidak akan sedih, kemudian berlarut dan siapa yang tidak bisa menggunakan sabarnya ketika kehilangan orang yang dicinta, sangat dicinta.
Seorang yang menemani gue dari masih seukuran botol air mineral kemasan.
Hingga berkumis dan bisa membuat lawan jenis jatuh hati.
Even presiden pun nangis kok pas Ibu-nya meninggal. Orang nomor 1 di Negeri ini.
Dari situ, setiap mendengar berita kehilangan. Bukan pelit atau bagaimana. Gue memilih lebih baik diam, bahkan memutuskan untuk tidak dulu menghubungi dalam waktu dekat.
Bagus-bagus kalau jaraknya bisa gue tempuh, lebih baik gue datang dan ajak ngobrol. Mungkin saja bisa sedikit membawa perasaan tenang dan menghibur.
Guepun menghindari untuk bertanya 5W+1H mengenai kematian orang tersayang yang bersangkutan. Tunggu saja sampai dia yang bercerita, itupun biasanya gue tahan. Atau gue alihkan kepembicaraan lainnya.
Kepada siapapun yang pernah mengalami kehilangan dan membaca tulisan ini. Elu ga sendiri, dan sangat banget percaya kok kalp orang tersayang kita ini sudah di surga dan bangga dengan apa yang bisa kita capai setelah kepergiannya.
No comments:
Post a Comment