Thursday, September 27, 2018

Distraksi


Gue tertarik sama judul tulisan ini.
gue mendengarnya di sebuah lagu dara cantik bernama Danilla.
Siapa itu Danilla?
Really u don't know about her?
i'll tell you later.

Gue cari di KKBI ternyata enggak ada.
It's mean bahasa ini masih termasuk kata serapan.
Yang belum resmi jadi kata dari bahasa Indonesia.

Baiklah, kemudian gue cari di kamus bahasa inggris.
Ternyata Kata Distraksi berasal dari Distract.
Yang berarti pengalihan, hambatan, halangan, larangan.

Sekarang gue udah siap buat nyeritainnya, karena konsep tentang distraksi sudah kita sepakati.

Seberapa sering elo mendapat distraksi di dalam hiduplu?
Gue? Ya, sering.
Dan yang paling sering mengakibatkan hal itu adalah pikiran gue sendiri.
Dulu gue masih terlalu banyak mikir sebelum melakukan sesuatu.
Akhirnya cuma planing-planing sampah yang ada.
No more action i can do, just planning always do.
Ini lebih masuk ke konsep pencegahan sih.



Tapi itu gak terlalu bermasalah buat gue.
Nah kemarin gue baru aja ngecek tipe kepribadian gue.
Dan hasilnya, sudah pasti Extrovert haha.
Tapi ini ada sih detailnya..

Setelah gue tau hasilnya, serentak teman2 sekelas teriak.
"waa bener2 cocok dik"
Iya betul, gue emang yang paling bawel di kelas haha.

Oke lanjut.

Kalau sekarang gue lebih sering langsung melakukan.
Dan baru memikirkan dampaknya di akhir.
Ini dibentuk selama gue kuliah di STP kemarin.
Ya bener-bener ngebentuk gue untuk bergerak cepat.
Dan lebih memfokuskan pada penanggulangan.
Bukan berarti engga melakukan pencegahan.
Dengan harapan lebih banyak gerak dan lebih banyak jam terbang.
Jadi pengalaman lebih banyak, sehingga bisa meminimalisir miss yang terjadi di lapangan.

Selesai sampai disini.

Selanjutnya ini yang bener-bener memberatkan hati.
Ada saatnya dimana elo pengen banget bergerak maju.
Tapi ada satu hal yang gabisa elo lawan.
Lingkungan lo ga mengizinkan.
Yea, I can't meet democracy in my family

Selanjutnya.
ini yang paling menggelitik.
Sebelum tulisan ini berlanjut, gue berdoa semoga negara kita benar2 negara demokrasi.

Ehem, Sama-sama kita tahu sekarang sedang pembukaan CPNS.
Dan gue berasal dari Perguruan Tinggi Kedinasan yang dinaungi langsung oleh sebuah Kementrian.
Boleh gue sebut ga? haha.
Sekolah Tinggi Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dan sekarang gue sedang Kuliah Pendidikan Profesi Guru di FKIP Unila.

Temen-temen sekelas gue nanya dong.
EH dik? daftar CPNS di KKP?
"iya, tadinya mau, tapi ternyata gabisa"
"loh? kenapa gabisa? bukannya elo anak kandungnya KKP"
"Gue juga ga ngerti kenapa, atau mungkin sekarang udah dianggap anak Tiri"

KKP mematok taraf yang sangat tinggi sebagai syarat pelamar CPNS nya.
Untuk Kampus dengan Akreditas A Ipk Minimal 2.80
Sedangkan Akreditas B Ipk Minimal 3.25.

Banyak yang bingung kenapa range dari A ke B jauh sekali.
Banyak yang bingung karena almamater gue masih B, tapi ditaro taraf lebih tinggi.
Padahal almamater gue dianggap sebagai anak kandung "oleh pihak luar sih".
Pikiran singkat gue KKP lebih menguntungkan satu pihak, yap.
Kampus konvensional lebih berpotensi untuk bisa menduduki kursi-kursi mereka.
Sekarang logikanya gini, gue nganggep akreditasi itu cuma sebagai Label.

Sedangkan lulusannya sama aja, kalo soal kualitas individu gue siap diadu.
Bahkan gue nganggep lulusan kampus gue lebih siap pake.
Kamu selalu benar menurut versi mu sendiri dik eaaa~.

Tapi bener kok, tanya deh sama anak2 kampus konvensional lainnya.
Pas gue bilang, "STP itu lulusannya bukan dicetak buat jadi negarawan, tapi wirausahawan."
"Lah? kok aneh sih, terus buat apa lo dibiayain pendidikan dan hidupnya selama 4 tahun."
"Gue gatau, kenapa. Gue cuma bisa menanggapinya dengan senyuman."
Karena gue percaya rezeki sudah ada pada tempatnya dan ga bakal tertukar, walaupun terdistraksi.

End.

No comments:

Post a Comment